LIPUTAN KHUSUS PAMERAN BONSAI
TANGERAN “ON FIRE” 2016
Salah
satu indikator kesuksesan sebuah pameran adalah banyaknya pengunjung yang
mendatangi acara tersebut. Di akui atau tidak tahun 2016 ini hampir semua
pameran bonsai yang diadakan di Indonesia sepi pengunjung, artinya pameran
tersebut tidak sesuai yang diharapkan alias kurang sukses. Pameran Bonsai
Tangeran “On Fire” 2016 yang sudah jauh-jauh hari direncanakan dan
disosialisasikan kepada khalayak nampaknya akan menuai kesuksesan dengan
banyaknya pengunjung, selain karena promosinya sudah lama, tempatnya di dekat
ibu kota dan besarnya ekspektasi penggemar akan pameran yang megah.
Kenyataannya Pameran Bonsai Tangeran “On Fire” 2016 meleset dari perkiraan,
sepi pengunjung alias kurang sukses. Banyak hal yang menyebabkan pameran ini
kurang sukses.
Kemungkinan
terbesar masalah utamanya adalah kondisi ekonomi, kelihatannya ini paling
rasional hampir semua pameran di tanah air mengalami sepi pengunjung, mulai
dari Sragen, Bandung, Semarang terlihat pengunjungnya tidak terlalu
menggembirakan, masyarakat lebih memilih membelanjakan uangnya untuk hal-hal
yang bersifat kebutuhan pokok dan menunda untuk kepentingan hobby. Jadwal yang
berdekatan antarpameran menjadi alasan berikutnya, tercatat lebih dari 4
pameran secara marathon dilaksanakan pada bulan Oktober dan November 2016
padahal bonsai peserta pameran sebagian besar adalah sama.
Pemilihan
tempat pameran juga menjadi masalah yang cukup serius terkait dengan sedikitnya
pengunjung acara. Kalau panitia mentargetkan orang-orang yang belanja di mall menjadi pengunjung pameran mestinya pameran
tidak dilaksanakan di lokasi tersebut. Selain tidak dilewati pengunjung mall
tempat parkir lantai dua yang menjadi lokasi pameran juga tidak terlihat dari
jalan maupun lalu lalang orang sekitar apalagi tidak ada papan penunjuk, baliho
maupun umbul-umpul yang menunjukan tempat pameran bonsai berlangsung.
Dari
beberapa kekurangan yang ada, kenyataannya pameran ini juga menorehkan beberapa
nilai positip untuk dicontoh oleh daerah lain dalam melaksanakan pameran sejenis,
antara lain:
Pemilihan
tema “on fire” nampaknya lebih nggreget dan lain dari yang lain. Panitia
nampaknya tahu bahwa kita terlalu terbiasa dengan tema yang itu-itu saja,
semisal Pesona…., Indahnya… dan tema lainnya yang di ulang-ulang. Selain singkat,
padat, berisi tema ini membikin penasaran orang yang membacanya, pembaca seolah
diberi harapan untuk melihat pameran yang berbeda, nggreget dan penuh gelora.
Peserta
bursa yang banyak dan kompak, stand bursa terisi penuh oleh pedagang yang
beragam, Madura, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta dan kota sekitar
ada sehingga barangnya sangat beragam. Sayang sekali pengunjung pameran tidak
sesuai harapan.
Kalau
ini menjadi pameran penghujung tahun 2016, semoga menjadi catatan dan bahan
evaluasi untuk pengurus asosiasi, panitia penyelenggara, pedagang dan penggemar
Bonsai di Indonesia agar pameran di Tahun berikutnya lebih baik. Tentu apabila dilakukan penilaian, dalam lima
tahun terakhir tahun 2014 merupakan
tahun paling istimewa bagi pameran bonsai di Indonesia, Pamnas Bandung 2014 dan
International Bonsai Art & Culture Biennale 2014 di Jogjakarta masih yang
terbaik. Akankah tahun 2017 Pameran Bonsai dapat lebih baik dari tahun 2014?
Kita tunggu saja…
Akang pembudidaya bonsai di bandung? Punten saya boleh minta alamat/kontaknya? Saya mau ada keperluan
BalasHapusHaturnuhun