Sabtu, 23 Juni 2018


Bonsai KontemporerKreasi Seni Tanpa Batas





Bonsai adalah karya seni yang sangat dinamis, dari waktu ke waktu mengalami perubahan yang signifikan. Coba buka koleksi buku kita tahun 1980-an lalu kita bandingkan dengan tahun 1990-an dan seterusnya kita tidak akan pernah  menemukan gaya statis dari seni bonsai tapi justru perubahan yang sangat nyata.  Apakah Seni Bonsai Kontemporer itu?

Seni Kontemporer adalah perkembangan seni yang terpengaruh dampak modernisasi, yang eksis dan berlangsung serta  terjadi sampai sekarang, atau segala hal yang berkaitan dengan saat ini. Contohnya seni kontemporer yang  berarti seni modern  yang tidak mengikuti  berbagai aturan seni pada zaman dahulu  dan seni tersebut berkembang sesuai zamannya sekarang.

Jadi Seni Bonsai Kontemporer adalah seni bonsai modern kekinian yang tidak terikat dengan aturan-aturan seni bonsai zaman dulu dan berkembang sesuai dengan tututan zaman.  Bisa jadi gaya-gaya bonsai tahun 1980-1n adalah kontemporer di masanya, tahun 1990 an juga sehingga gaya-gaya tersebut saat ini sudah tidak kontemporer lagi. Gaya bonsai kontemporer saat ini, sepuluh tahun mendatang sudah tidak kontemporer karena muncul gaya yang lebih baru.

Sejak awal perkembangan seni bonsai, telah ada lima gaya dasar dalam membentuk bonsai. Bonsai dapat dikelompokkan menjadi 5 gaya dasar. Gaya dasar tersebut ditentukan oleh bentuk batang yang dimulai dari pangkal akar sampai puncak mahkota. Adapun kelima gaya dasar bonsai tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Gaya tegak lurus/chokkan/formal upright

Gaya tegak lurus disebut juga dengan chokkan atau formal upright. Gaya bonsai tegak lurus memiliki kriteria khusus yaitu sebagai berikut:
·      Mempunyai batang yang tegak lurus dari pangkal pohon sampai puncak
·      Pangkal batang besar dan makin ke atas makin kecil
·      Akar harus kuat dan menjalar ke segala arah pada permukaan tanah
·      Cabang juga besar di pangkal dan makin ke ujung makin runcing
·      Top mahkota terletak pada satu garis vertikal dengan pangkal akar
·     Tinggi ideal bonsai dengan gaya ini adalah enam kali dari diameter pangkal           pohon
·     Jarak batang pada gaya ini lebih baik tidak merata serta lebih lebar pada               bagian   bawah dan semakin ke atas akan semakin merapat





Gambar 1 Gaya bonsai tegak lurus/chokkan/formal upright

2. Gaya tegak berliku/tachiki/informal upright

Bonsai gaya tegak berliku disebut juga dengan tachiki atau informal upright. Gaya bonsai ini paling banyak ditemukan di alam bebas maupun sebagai bonsai. Gaya bonsai tegak berliku memiliki kriteria sebagai berikut:
·  Mempunyai batang yang tegak tetapi berliku-liku dengan lekuk-lekuk yang teratur pada batang dimana sebagai pembeda dengan gaya tegak lurus
·   Gaya ini seolah menjadi simbol suatu perubahan sedangkan gaya tegak lurus menggambarkan suatu yang tetap

·    Cabang harus tumbuh ke segala arah dan hanya pengaturan sudut kemiringan cabang terhadap batang di kanan dan kiri yang berbeda. Hal ini sangat penting untuk memperoleh keseimbangan dari bonsai yang dibuat.
·    Pada gaya tegak berliku yang murni, puncak pohon jatuh tepat di atas pusat pangkal batang, sedangkan batang tumbuh mulai dari tegak sampai miring sekitar 15 derajat
·     Sama seperti pada gaya tegak lurus, bonsai gaya ini juga harus mempunyai pangkal batang yang besar dengan akar-akar yang menjalar kuat ke segala arah dan batang semakin kecil ke arah puncak





Gambar 2 Bonsai gaya tegak berliku/tachiki/informal upright

3. Gaya miring/shakan/slanting

Bonsai gaya miring disebut juga dengan shakan atau slanting. Gaya ini menggambarkan pohon yang berada di lereng yang agak landai sehingga tumbuh miring dalam usaha untuk mencari sinar matahari dalam persaingan dengan pohon-pohon lain yang berada di sekitarnya. Bonsai gaya miring memiliki kriteria sebagai berikut:
  • ·   Letak batang pokok miring ke arah kanan atau ke kiri
  • ·      Bentuk batang pokok lurus atau lurus berliku
  • ·      Top mahkota berada pada satu garis lurus dengan pangkal akar
  • ·      Batang harus besar di pangkal dan makin ke atas makin kecil
  • ·    Akar sebaiknya tumbuh ke semua arah tetapi akar yang terkuat harus     tumbuh ke arah yang berlawanan dengan kemiringan batang sehingga     pohon kelihatan kokoh dan alamiah
  • ·      Apabila batang miring ke kanan, maka akar terkuat harus menjalar ke kiri       begitu pula sebaliknya



Gambar 3 Bonsai gaya miring/shakan/slanting

4. Gaya setengah menggantung/han-kengai/semi-cascade

Bonsai gaya ini disebut juga dengan han-kengai atau semi-cascade. Gaya ini menggambarkan pohon tumbuh di tebing curam dengan batang yang miring dan cabang setengah menggantung. Bonsai gaya setengah menggantung memiliki kriteria sebagai berikut: 

  •    Letak batang pokok mendatar sejajar dengan bibir pot sedangkan cabang atau ranting menggantung melewati bibir pot
  • ·  Bentuk batang pokok lurus atau lurus berliku
  • ·  Arah batang pokok ke kanan atau ke kiri
  • ·  Top mahkota berada di samping mengikuti arah batang pokok dan ada juga yang sejajar atau di bawah bibir pot bagian samping


Gambar 4 Bonsai gaya setengah menggantung/han kengai/semi cascade

5. Gaya menggantung/kengai/cascade

Gaya menggantung disebut juga dengan kengai atau cascade. Pohon yang tumbuh di tebing yang sangat curam cenderung untuk tumbuh menggantung, tetapi ada bagian tertentu yang tetap berusaha tumbuh ke atas seperti hakekat alami dari pohon. Bonsai gaya menggantung memiliki kriteria sebagai berikut:
  • · Letak batang pokok sejajar dengan bibir pot, kemudian membengkok ke arah bawah dari bibir pot dan dapat juga batang pokok letaknya miring kemudian berubah arah ke bawah sampai melewati pot
  • ·    Arah batang pokok ke kanan atau ke kiri
  • ·    Bentuk batang dapat lurus atau lurus berliku
  • ·  Top mahkota terletak di bawah bibir pot atau menggantung mengikuti arah batang pokok, arah top mahkota ke atas

Gambar 5 Bonsai gaya menggantung/kengai/cascade

Bonsai Kontemporer

Perkembangan seni bonsai kontemporer di dunia sangat pesat, baik dari segi gaya maupun tampilan dalam pot. Di Indonesia pelopor seni bonsai kontemporer  ada 2 tokoh yang menonjol yakni: Sulistiyanto Soejoso sering disebut Sulis Ninja dan Robert Steven. Selain dua tokoh tersebut juga muncul akhir-akhir ini di kancah nasional maupun internasional.
Unsur terpenting dalam gaya kontemporer adalah imajinasi yang akan menginfluence dalam karya Bonsai, sehingga karya bonsai yang ditampilkan selalu memiliki pesan kekinian tidak statis. Karya tidak hanya pohon di atas pot tetapi juga pesan-pesan seniman yang muncul dalam karya tersebut tidak berbeda dengan karya seni lainnya misalnya music, lagu, lukisan, patung dan sebagainya.
Masuknya unsur modernisasi dalam karya inilah yang membuat karya bonsai kontemporer sangat popular dan memiliki banyak penggemar. Berikut adalah contoh karya dari bonsai kontemporer









Ketr. Santigi, phemphis acidula  Karya Sulis Ninja

Ciri yang nyata dalam sebuah karya bonsai kontemporer saat ini adalah, liukan dan tekukan tarikan cabang serta ranting yang sangat ekstrim, bahkan mungkin akan sulit kita temui di alam nyata. Selain itu perantingan yang minimalis sehingga mengesankan tonjolan pada liukan batang utama, cabang serta ranting.
Membuat Bonsai Kontemporer
Untuk  menciptakan Bonsai Kontemporer bisa dilakukan dengan dua hal, pertama, bahan mencari di alam, kedua dengan budidaya. Alam sudah sangat terbatas, sehingga untuk membuat bonsai kontemporer, hal rasional yang bisa dilakukan adalah budidaya.  Kita bisa membuat desain bonsai kontemporer sejak awal dan dapat mengarahkannya sejak masih kecil, sehingga kita akan mendapatkan hasil yang optimal. Dibutuhkan kesabaran dan imajinasi yang tinggi untuk memperoleh hasil terbaik. Berikut adalah  contoh budidaya bonsai kontemporer







Ketr. Bonsai Budidaya jenis asem jawa, thamarindus indica

Minggu, 03 Juni 2018

KULON PROGO, SURGANYA ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA)

KULON PROGO, SURGANYA  ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA)  

Bagi para sahabat yang belum kenal Kulon Progo, saya akan perkenalkan  terlebih dahulu. Kulon Progo adalah salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, lokasinya terletak di ujung barat wilayah DIY yakni barat dari Sungai Progo. Secara geografis, Kulon Progo terdiri dari persawahan di bagian selatan dan jalur perbukitan menoreh di bagian utara. Pohon asam jawa (tamarindus indica) banyak kita jumpai di bagian selatan wilayah Kulon Progo, yakni di sepanjang jalur jalan Deandels dan jalur tengah dari jalan di Kulon Progo, membentang tersebar  dari wilayah Temon, Wates, Panjatan, Galur dan Lendah.







Melintasi jalur tersebut, memberi kesan tersendiri apalagi saat musim semi pohon asam datang, seperti melintasi lorong waktu yang panjang kembali ke jaman dulu, kiri dan kanan terlihat pemandangan pohon-pohon asam yang terlihat tua,asri, anggun, teduh dan eksotis, tajuk atas saling bertemu tepat di atas jalan dimana kita melintas, sungguh suasana yang sangat menajubkan. Pohon-pohon asem jawa  tersebut tertata rapi di kiri dan kanan jalan dengan jarak yang hampir sama,  konon telah ditanam sejak pembangunan jalur Deandels, yakni tahun 1808 - 1809, sehingga umurnya sudah lebih dari 200 tahun. Tak mengherankan jika sekarang Pemerintah Kota Yogyakarta mulai menanam dan mengembangkan pohon asam jawa di sepanjang jalur jalan Mangkubumi dan Malioboro pusat Kota Yogyakarta. 





Ratusan pohon asam jawa yang ada di Kabupaten Kulon Progo ini tak ternilai harganya, kalau dinilai dari usia pohon, bentuk dan  kemanfaatan bagi manusia yakni nilai estetika serta produsen oksigen bagi alam. Perlu waktu ratusan tahun untuk menumbuh kembangkan pohon asam tersebut, batang pohon besar,  kukit pohon berkerak kasar berkesan tua, dahan  kekar serta tajuk pohon yang rindang tidak bisa dibuat dalam tempo sekejap. Sungguh Kulon Progo adalah surga bagi pohon asam jawa (tamarindus indica) , mari kita menjaganya bersama-sama.


Bonsai Asam Jawa
Pohon Asam Jawa (tamarindus indica) sangat ideal unuk dijadikan bahan bonsai, hal tersebut karena karakteristik dari jenis pohon ini, yaitu:
  1. Karakter kulit pohon berkerak tua
  2. Batang lentur sehingga mudah dibentuk
  3. Mudah ditumbuhkan, baik dari biji, cangkok maupun dongkelan alam
  4. Tahan terhadap hama dan penyakit 
  5. Usia pohon sangat panjang, bisa ratusan tahun
  6. Perawatan sangat mudah
  7. Mudah berbuah, sehingga bisa ditampilkan dalam keadaan sedang berbuah.

Sedangkan kekurangan dari jenis tanaman asam jawa untuk bahan bonsai adalah;
  1. Berdaun majemuk, sehingga untuk mencapai proporsi pohon bonsai harus pohon asam yang besar, sulit untuk membentuk bonsai ukuran kecil/mame
  2. Tidak bisa hidup subur di daerah yang bersuhu dingin, sehingga tidak kompetitif untuk dijadikan komoditas ekspor ke negara-negara beriklim sub tropis

Bonsai pohon asam banyak dibudidayakan di daerah Klaten dan Sragen Jawa Tengah. Di tempat tersebut bonsai asam jawa dikembangkan dengan berbagai metode, salah satu metode pembesaran baatang adalah dengan cara pecah batang, yaitu memecah batang sambil membentuknya selama masa pertumbuhan. Batang dan akar dipecah sedemikian rupa, sambil diarahkan pada bentuk yang diinginkan.  Hasilnya adalah dalam tempo paling lama 5 tahun, kita sudah mendapatkan bahan bonsai dengan ukuran batang yang relatif besar.
Produk-produk budidaya asam jawa dari Klaten dan Sragen sudah banyak kita temui pada kolektor-kolektor bonsai di nusantara bahkan sebagian sudah di ekspor ke luar negeri utamanya adalah negara-negara dengan iklim tropis. Bonsai asam jawa termasuk jenis bonsai kelas menengah ke atas, sejajar dengan bonsai papan atas lainnya seperti cemara (juniperus), beringin (ficus benjamina),Lo Han Sung (podocarpus), santigi (phempis acidula) maupun cemara udang (casuarina equisetifolia). Harga bahan bonsai asam jawa kwalitas satu antara 1 s/d 5 juta sedangkan bonsai jadinya mencapai ratusan juta rupiah.
Ketr: salah satu hasil budidaya bonsai asam jawa (tamarindus indica) 

Semoga pohon-pohon asam jawa di Kulon Progo tersebut dapat menjadi inspirasi bonsaimania dalam berkarya.

Entri yang Diunggulkan

SENTRA BONSAI YOGYAKARTA - KIREINA BONSAI

Mencari sentra bonsai di Yogyakarta, Anda dapat mengunjungi KIREINA BONSAI yang beralamat di Jl. Wates KM. 7, Pasekan Kidul RT: 01/01, Bale...