TIGA HARI UNTUK SELAMANYA
JOGJA - BANDUNG
- JAKARTA
Perjalanan ini
tidak akan pernah terlupakan, 3 hari 2 malam dalam perjalanan seni yang tidak
pernah saya jumpai sebelumnya. Pameran Bonsai Bandung, Workshop Bonsai Robert Steven,
Kethoprak Mataram TMII dan Saung Bonsai Ade Maghrib Bandung menjadi rangkaian
cerita.
Jum’at, 13/12/2013, Persiapan
Perjalanan
8 pohon yang disiapkan Sleman
Juniper Family (SJF) tidak semuanya terbawa. Keterbatasan alat transportasi
menjadi kendala utama dalam membawa Bonsai-Bonsai yang akan diikutkan dalam
Pameran Bonsai di Bandung. Akhirnya hanya 5 Bonsai terbaik milik Sleman Juniper Family (SJF) menyesuaikan tempat yang tersedia dalam mobil pengangkutnya.
Sabtu, 14/12/2013, Perjalanan Sesungguhnya
Bandung,
Pukul 04.00 WIB
“Luar Biasa” komentar paling
pantas untuk pemandangan saat itu. Di lokasi pamerasn Bonsai Bandung, sudah
tertata rapi deretan Bonsai peserta pameran. Perkiraan kami meleset, konsep
pameran RT-an yang selama ini kami banyangkan apa adanya, semrawut, tidak
tertata ternyata tidak terjadi di Bandung. Pameran dikemas sedemikian rupa
sehingga tampilan secara keseluruhan kelihatan sangat mewah.
Sambutan Panitia begitu hangat,
kami merasa menjadi tamu istimewa atas sambutannya. Panitia sangat sigap
melayani kami, tidak lebih dari 10 menit sejak pendaftaran, 5 Bonsai kami sudah
mendapatkan kuitansi pembayaran, souvenir dan Bonsai kami sudah tertata rapi
bersama Bonsai-Bonsai peserta lainnya. Proses pendaftarannya sudah sistematis
modern, didukung oleh perangkat komputer
dan seorang ahli dalam bidangnya. Identitas Bonsai mulai dari jenis
pohon, ukuran, kelas, pemilik Bonsai langsung masuk dalam database Komputer.
Sepertinya baru kali ini kami mendapatkan pelayanan istimewa dalam sebuah event
pameran Bonsai.
Takjub selanjutnya ketika kami,
melihat-lihat Bonsai peserta pameran, walaupun tidak melalui proses seleksi
yang ketat, secara umum dapat dikatakan kualitas Bonsai peserta diatas
rata-rata. Keragaman jenis pohon, gaya, ukuran serta tingkat kematangan pohon
dapat ditemukan dalam pameran ini. Saya yakin peserta sudah mempersiapkan
jauh-jauh hari untuk hajatan Pameran Bandung. Display Bonsai juga tidak
asal-asalan, deretan meja panjang tertata rapi dengan hiasan perlak meja yang
mewah, walau tanpa background kain seperti pameran-pameran Bonsai lainnya, tapi
bangunan Apartemen The Edge secara tidak sengaja menjadi background yang sangat
menawan.
Berikut foto-foto Bonsai peserta
Pameran sebelum proses penjurian:
Foto-foto Bonsai Pameran Bandung setelah Penjurian
Juniper di Pameran Bandung
Pluit, pukul 14.00 WIB
Saya tidak pernah membayangkan
akan dapat bertemu dengan Robert Steven saat itu, perjalanan saya ke Pluit
sebenarnya hanya ingin membeli pot dan peralatan Bonsai. Berutung sekali hari
itu saya bertemu Robert Steven pas demo lagi, sungguh kesempatan yang sangat
langka.
Acaranya informal, santai dan
sangat bersahabat khas obrolan pinggir jalan. Tetapi justru hal tersebut membuat kami menjadi lebih dekat,
intim dan terbangun komunikasi dua arah yang sangat intensive. Kurang lebih 10
orang berkumpul duduk mengelilingi meja dimana Robert Steven melakukan demo
menaklukkan bahan Bonsai Black Pine. Walau acaranya santai, Robert Steven
melakukan demo dengan sangat profesional. Semua peserta terlibat dalam proses
kreatif tersebut, Robert Steven memberikan semua ilmu Bonsainya kepada peserta
dan tanpa canggung kami bisa saling memberi masukan sambil sesekali melempar
joke-joke lucu khas Robert Steven.
Bimsalabim, 30 menit berlalu
sebuah karya Bonsai Black Pine tercipta. Bahan Bonsai yang awalnya terkesan
semrawut berubah drastis menjadi sebuah karya yang sangat elegan di tangan
Robert Steven. Kuncinya satu, sebagus apapun konsep kita tanpa keberanian
mengeksekusi tidak akan pernah menghasilkan apa-apa, begitu kata Robert.
Black Pine sebelum mendapatkan respon
Saat Robert Steven Beraksi
TMII, Pukul 20.00 WIB
Memenuhi undangan untuk
menyaksikan Pagelaran Kethoprak Mataram di TMII sebenarnya tidak terlalu
menarik perhatian saya, selain karena Kethoprak, faktor kelelahan fisik setelah sehari semalam
melakukan perjalanan panjang menjadi alasannya kenapa saya tidak begitu
antusias memenuhi undangan tersebut.
Pada akhirnya karena tugas, saya
menghadiri acara Pagelaran Kethoprak Mataram di TMII. Suminten Edan adalah
judul dari Kethoprak malam itu, merupakan judul yang sudah sering sekali
dimainkan. Penonton sangat banyak, semua antusias menyaksikan acara tersebut.
Saya jadi sangat heran, di kota metropolitan sebesar Jakarta, dimana tempat
hiburan sudah maju dan ada dimana-mana ternyata Pentas Kesenian Tradisional
Kethoprak masih menjadi pilihan masyarakat untuk menyaksikannya.
Semalam suntuk akhirnya saya ikut menikmati pagelaran tersebut. Tak sadar jam sudah menunjukan pukul 02.00 WIB saatnya merebahkan raga untuk mempersiapkan kondisi esok hari
Pagelaran Kethoprak Mataram "Suminten Edan"
Minggu, 15/12/2013
Saung Bonsai Ade Maghrib Bandung,
07.00 WIB
Kembali ke Bandung, Puas
menyaksikan Pameran Bandung, kami mengunjungi Saung Bonsai Ade Maghrib. Pak
Ade, biasa dipanggil, beliau merupakan salah satu pembudidaya Bonsai paling
berhasil di Bandung. Usaha yang sudah digeluti lebih dari 30 tahun tersebut
telah menghantarkan Pak Ade dan keluarganya meraih kesuksesan.
Jumlah Bonsai yang dibudidayakan
mencapai ribuan, lebih dari 5 hektar lahan yang digunakan untuk budidaya. Di
sebuah kaki gunung yang sangat asri Pak Ade mendirikan saungnya, di sisi bagian
lainnya Pak Ade menanam berbagai jenis pohon. Hokianti, Cemara, Beringin,
Podocarpus/Lohangsung, Sancang dan berbagai jenis bahan Bonsai ada di Saung Pak
Ade. Ulet, tekun dan jujur adalah merupakan kunci kesuksesan usaha yang beliau
jalani, begitu kata Pak Ade.
Suasana saung Pak Ade
Oleh-oleh dari Pak Ade
Black Olive
Juniperus programan
Sungguh 3 hari itu adalah
hari yang luar biasa, tak mungkin terulang, akan teringat selama-lamanya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar